(THE
LAST NOTE DARI BILIK HATI)
Padahal dalam perjalanannya di dunia,
manusia telah ditakdirkan menjadi makhluk Allah yang sempurna. Sehingga mereka
dipercaya mengemban amanah untuk menjaga bumi sebagai khalifah. Bukankah hal
ini sesuai dengan firman-Nya dalam Q.S. al-Baqarah ayat 30,
Galau.
Sejak kata itu dipopulerkan dan bahkan menjadi lagu yang banyak diminati kaum muda, beberapa lulusan Perguruan Tinggi kerapkali merasakan energinya. Sebuah kegalauan yang tak berujung, begitu mereka menyebutnya.
Akar permasalahannya hanya satu, mereka tidak memiliki kegiatan positif yang bermanfaat. Bukan hal baru dan tabu untuk diperbincangkan karena memang pada kenyataannya banyak sarjana di negeri kita yang melalui hidup tanpa arti. Kita mengenalnya dengan PT. PAL (Pegawai Tetap Pengangguran Agak Lama).
Sejak kata itu dipopulerkan dan bahkan menjadi lagu yang banyak diminati kaum muda, beberapa lulusan Perguruan Tinggi kerapkali merasakan energinya. Sebuah kegalauan yang tak berujung, begitu mereka menyebutnya.
Akar permasalahannya hanya satu, mereka tidak memiliki kegiatan positif yang bermanfaat. Bukan hal baru dan tabu untuk diperbincangkan karena memang pada kenyataannya banyak sarjana di negeri kita yang melalui hidup tanpa arti. Kita mengenalnya dengan PT. PAL (Pegawai Tetap Pengangguran Agak Lama).
Inilah fakta itu. Dan jika dirunut, salah
satu faktornya bermuara pada kegagalan individu dalam menggali potensi diri.
Ketika waktu telah membawa mereka keluar dari peradaban teori di kampus, maka
mereka akan menghadapi peradaban praktik di masyarakat nyata. Dampak kegagalan
mengolah potensi diri itu akan mencapai angka negative tertinggi baik bagi diri
sendiri lebih-lebih pada masyarakat.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui."
Kesempurnaan itu terlengkapi oleh sebuah
modal yang tidak dimiliki makhluk lain. Modal itu bernama akal. Dan modal
itulah yang menentukan apakah kita bisa arif dalam menentukan arah tujuan
hidup. Tinggal apakah manusia tersebut mau memfungsikannya atau tidak. Maka,
tak salah jika ada sebuah pernyataan tegas mengatakan, "Mahasiswa ada
karena Berfikir dan Berkarya." Itu kuncinya. Bukankah di dalam al-Qur'an
termaktub sebanyak 52 kali perintah untuk berfikir. 'Apakah engkau tidak
berfikir, gunakanlah otakmu untuk berfikir. Lihatlah kanan kirimu sebagai
teladan dalam hidup. Apa saja yang diciptakan Allah adalah untuk kehidupan dan
kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat."
Berdasarkan pernyataan al-Qur'an di atas, salah satu cara agar berhasil
melewati ketatnya persaingan hidup, adalah dengan membaca pola hidup
orang-orang berhasil di sekitarmu terlebih dahulu kemudian berfikir dan
analisalah cara mereka. Pilih dan petik kebaikan darinya kemudian buang
keburukannya. Setelah selesai menganalisa dan berfikir, belajarlah menempatkan
diri. Dalam bergaul di masyarakat seharusnya mampu menteladani ikan-ikan laut
yang hidup dengan air asin namun dagingnya tidak ikut asin.
Terkait potensi diri, jika sampai saat ini
kita belum mampu menemukannya, maka mulailah dari hal-hal yang kita sukai
terlebih dahulu. Dari sinilah perlahan kekuatan diri kita akan terbaca. Dan
jika suatu saat kita dipojokkan diantara dua pilihan, harus memilih
meningkatkan kekuatan atau memperbaiki kelemahan maka, jangan abaikan sebuah
saran untuk meningkatkan kekuatan. Karena memperbaiki kelemahan hanya mengubah
kita dari orang di bawah rata-rata menjadi orang rata-rata. Dan meningkatkan
kekuatan akan mengubah kita dari orang rata-rata menjadi orang di atas
rata-rata.
Kata sarjana dalam kamus Ilmiah populer
berarti cendekiawan atau orang-orang pandai. Apa jadinya jika hanya sehari saja
kita disebut sang sarjana…? Nah, dengan melejitkan kekuatan kita, mengolah
potensi kita, belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain serta belajar
arif memilih bagaimana kita akan menempatkan diri maka selamanya kita tidak
akan menyandang titel S.Si (Sarjana Sehari).
Menjauhlah galau...! Karena sekarang dan nanti kita bukan Sarjana Sehari.
Semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar