Rabu, 08 Desember 2010

HUJAN UANG


Saat itu, seingatku hari Senin, 29 November 2010 M/ 23 Dzulhijjah 1431 H sore hari menjelang Maghrib, ketika rasa penat di otak setelah menyerahkan tugas semester mata kuliah Design Grafis tiba-tiba lenyap dan mulai bergairah saat kedua mataku melihat kejadian besar. Bayangkan saja jika dengan mata telanjang sobat menyaksikan lembaran uang dua ribu rupiah beterbangan di udara. Yang ada di fikiranku saat itu hanya satu, “Benarkah salah satu pertanda buruk akhir zaman mulai diperlihatkan Allah padaku hari ini. HUJAN UANG-kah itu?”Meski sebenarnya perasaanku berada diantara ?_? dan $_$.  He…he… Bulu kudukku meremang, kepalaku menengadah ke langit mencari muara lembaran uang itu. Aku tak peduli pada suara teriakan histeris perempuan-perempuan berbalut mukena putih mencoba saling berebut mendapatkan paling tidak satu lembar saja dari uang-uang itu.

Namun, fikiranku tertepis dengan sendirinya oleh kenyataan. Ternyata, lembaran uang itu berasal dari lantai dua gedung asrama santri putri yang hampir enam tahun ini Aku dan teman santri tempati. Ya, perempuan-perempuan berbalut mukena putih itu adalah para santriwati. Sama sepertiku, bedanya mereka masih duduk dibangku MTs/MA sederajat dan Aku sudah berstatus mahasiswi. Sedang yang menebarkan uang ke udara itu adalah putri dan menantu Romo Yai atau biasa kami panggil neng. Ah, syukurlah bukan benar-benar hujan uang J. Aku sedikit bernafas lega  
Tradisi di kota kami menyebutnya UDIK-UDIK-an. Sebuah ajang mendermakan uang dengan cara yang cukup unik. Menerbangkan uang ke udara kemudian orang-orang dibawahnya saling berebut mendapatkannya. Ada sebuah pelajaran di dalamnya. Selain mengajarkan kita mengamalkan pernyataan tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah, tanpa kita sadari budaya udik-udikan mengajarkan Kita mengamalkan QS. Ar-Ra’d ayat 11 yang berbunyi :Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[1]Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[2] yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
Lo kok bisa? Jawabannya karena dengan udik-udikan seseorang tidak akan mendapatkan lembaran uang itu jika tidak berusaha melonjak-lonjak ke udara kemudian meraihnya. Hikmah yang sempat tidak terbaca. Dan. Semoga setelah ini kita bisa mengambil hikmah dibalik setiap peristiwa.   



[1] Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa malaikat yang mencatat amalan-amalannya. Dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut malaikat Hafazhah.
[2] Tuhan tidak akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka

Tidak ada komentar: