Sabtu, 04 Desember 2010

TANYA KENAPA HANYA WANITA YANG BERHIJAB?

“ Ini tak adil, mereka menutup wajah dengan hijab sedangkan kita hanya bisa pasrah ketika mereka dengan leluasa menikmati wajah kita.” Ujar seorang pemuda menggerutu ketika melihat lawan jenisnya hanya memperlihatkan kedua bola matanya.
Inilah fenomena yang kerap kali diungkapkan oleh kaum adam melalui bahasa mata mereka. Karena tak sering kita dengar kalimat pemberontakan itu meluncur dari bibir mereka sendiri. Entah enggan atau lebih-lebih takut tidak mendapat jawaban yang memuaskan dari obyek kekesalannya itu.  
Menurut Abdul Halim Abu Suqqah hijab adalah penghalang antara laki-laki dan perempuan agar kesucian hati tetap terjaga, sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 23 “Yang demikian itu lebih menyucikan hati kamu dan hati mereka“

Dengan menjaga jarak dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan berarti telah berusaha menjaga kesucian hati dari bisikan-bisikan orang ketiga yang mengajak pada kemaksiatan yang dibenci Allah Ta’ala. Sedangkan kebebasan dalam bergaul tersebut berarti memberi peluang pada diri sendiri dalam perbuatan kemaksiatan. Dan hijablah salah satu alat yang bisa membantu menyelesaikan persoalan itu walaupun tidak secara sempurna berhasil karena itu semua kembali pada setiap individu.
Lantas, haruskah perempuan yang terus dijadikan obyek dalam melancarkan misi agung menolak ma’siat ini? Dan bagaimana dengan kaum adam, haruskah mereka juga mendapat imbas tak enak berupa tersendatnya kebebasan menikmati keindahan warna perempuan hanya karena peraturan berhijab? Sebenarnya prasangka-prasangka buruk yang mereka tujukan secara tidak langsung pada agama adalah keliru. Agama tidak mengekang atau membatasi ruang gerak perempuan juga, tidak merampas hak laki-laki dalam menikmati keindahan yang Allah titipkan pada anak cucu hawa itu. Agama hanya mengarahkan mereka agar terhindar dari jalan yang sudah syaitan persiapkan untuk menarik sebanyak-banyaknya umat manusia ke neraka Allah.
Pada dasarnya Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dari satu jenis tapi, ada hal yang memang tidak dapat dibedakan sama sekali. Pernyataan ini akan muncul setelah kita membaca firman Allah dalam surat An-Nisa’ Ayat :1
  “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yangtelah menciptakan kamu dari seorang diri, dari dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrohim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”
Allah telah menciptakan manusia memiliki kewajiban yang sama baik laki-laki atau perempuan, yaitu untuk beribadah kepada Allah. Dia telah menempatkan mereka pada kedudukaannya masing-masing sesuai dengan kodratnya. Dan beberapa hal, sebagian mereka tidak boleh dan tidak bisa menggantikan yang lain. Terlebih dalam hal aurat masing-masing, hal ini tidak dapat disamakan.
Semua ulama’ sepakat bahwa aurat laki-laki adalah bagian tubuh antara pusar hingga lutut baik dalam maupun luar shalat sedangkan, pada aurat perempuan ulama’ berbeda pendapat dalam menyikapinya. Pendapat pertama menyatakan bahwa aurat perempuan adalah semua atau seluruh tubuhnya, termasuk muka, kedua telapak tangan dan bahkan kukunya kecuali dalam keadaan shalat dan thawaf, wajah dan telapak tangan wajib dibuka.
Pendapat kedua menyatakan bahwa aurat perempuan adalah seluruh tubuhnya kecuali muka, kedua telapak tangan dan kukunya. Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Ibnu Jabir “ Adalah bertentangan dengan hukum, perempuan yang percaya akan adanya Allah dan hari kiamat, namun tidak menutupi bagian tangannya lebih dari ini, dan kemudian beliau meletakkan tangannyake pergelangan tangannya.”
Hal ini berlaku jika perempuan tersebut berada di tempat yang sama dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Berbeda ceritanya jika mereka bersama dengan mahram atau kawan perempuannya, aurat mereka sam dengan laki-laki yakni antara pusar dan lutut.Tapi, apapun perbedaannya, mereka tetap sepakat bahwa menutup aurat sampai manapun batasnya hukumnya tetap wajib.
  Lalu pertanyaanya sekarang, kenapa mesti menutup aurat? Menutupaurat menjadi sanagt penting karena aurat dapat memancing nafsu birahi bagi yang memandangnya. Tak bisa kita pungkiri lagi, ketika kita disodorkan berbagai hal yang berbau pornografi dan pornoaksi adrenalin kita akan meningkat pesat. Dan dapat dipastikan setelah detik terakhir puncak klimaksnya jika tidak memiliki bekal iman yang tebal kita akan terperosok pada jurang maksiat yang tak bersahabat.
Berbicara soal syahwat, selain Allah mengaruniakan kelembutan pada sosok perempuan yang terbuat dari tulang iga itu Allah juga mengaruniainya dengan syahwat berprosentase 90 % dibanding syahwat kaum laki-laki yang hanya 10 %.  Tapi, dengan prosentase sebesar itu Allah juga menitipkan rasa malu pada perempuan dengan prosentase sebesar 100% untuk membantu menahan syahwatnya. 100 % prosentase rasa malu itu akan berkurang secara berkala hingga tinggal 50 % ketika mereka telah melangsungkan pernikahan dan memiliki putra. Dan jika mereka melakukan perbuatan maksiat yang melampaui batas seperti, naudzubillah berbuat zina maka, hilanglah 50 % prosentase rasa malu itu dari dirinya. Kalau sudah begitu, dipastikan mereka akan kehilangan fitrah dirinya sebagai perempuan yang selalu mendapat kehormatan.
Berbeda dengan laki-laki yang hanya dikaruniai syahwat sebesar 10% tanpa diimbangi rasa malu, mereka akan lebih sensitive dan cepat terpancing syahwatnya ketimbang perempuan. Jika laki-laki cukup dengan pandangan telah dapat menimbulkan gejolak syahwat namun, perempuan biasanya ditimbulkan lewat sentuhan. Walaupun hal ini tidak selamanya berlaku demikian sebab, bisa saja perempuan terpancing syahwatnya  hanya karena melihat aurat laki-laki.
Selain persoalan syahwat, Allah juga meletakkan hikmah lain dibalik perintah-Nya pada kaum perempuan untuk menutup seluruh tubuhnya. Menurut Ahli kecantikan mengatakan bahwasanya kulit perempuan itulebih sensitive dari kulit laki-laki. Sinar ultraviolet dengan intensitas cukup tinggi dapat memicu pigmentasi  hitam pada jenis kulit perempuan.
Setelah semuanya terinterpretasi dengan jelas apakah layak kalau seorang laki-laki berkata lantang sambil menunjukkan keiriannya pada dunia tentang hijab pada perempuan? Bukankah kalian bangga kalau saudara perempuan kalian, ibu kalian, nenek kalian, anak perempuan, teman perempuan serta istri-istri  kalian terjaga kesucian dan kehormatannya.  
Dan layakkah para perempuan merasa diintimidasi atau dibatasi aksinya lantaran diperintah berhijab? Bukankah  kalian juga merasa takut pada siksaan-siksaan yang digambarkan Allah ketika nabi Isra’ Mi’raj? Dimana kalian akan memotong tubuh kalian sendiri dengan gunting api yang besar lantaran berani bersolek di depan selain mahram kalian. Tak takutkah pada tajamnya rambut yang kalian perlihatkan pada selain mahram didunia dan berubah menjadi pedang api di neraka kelak?
Ketahuilah wahai kaum titisan adam dan hawa, kalian diatur Allah sedemikian rupa agar kalian benar-benar terpelihara dan tersucikan dari perbuatan laknat. Berjalanlah semua dengan segala apa yang digariskan Allah Semoga.

Hawaa adalah nafsu

Hawan adalah kehinaan

Jika hawaa kau turuti,

niscaya hawan kau dapati,

Tak akan lama, tunggulah kehancuran…!
 


Tidak ada komentar: