Kau heran dengan keanehan sketsaku
Kenapa tanpa bibir Kau tanya
Sumbingkah Aku
Kenapa tanpa hidung Kau tanya
Tercabikkah hidung itu
Kenapa tanpa telinga Kau tanya
Terpotongkah telinga itu
Kau heran dengan keanehan sketsaku
Kenapa hanya tajamnya bola mata
Kenapa hanya lentiknya bulu mata
Atau kenapa hanya goresan tebal kuhl Kau Tanya
Kau Tanya
Terus bertanya
Dan Kau Tanya
Bak perempuan kesurupan setan cerewet
Inilah sebuah identitas
Identitas yang bukan tidak jelas
bukan terpaksa
Dan bukan pula taqlid buta
Setelah lama bernegosiasi dengan alam bawah sadar
Memahami beberapa tafsir ma’na
yang Kau anggap tabu
Kini Kau mulai khawatir akan mahalnya harga nafas
Kau takut mati juga rupanya
Tenang Bung…!
Meski Aku mengenal apa itu yang disebut dinamit,
Bubuk mesiu, rudal,
Colt M-14 Stayer, Armalite MR-10
Tangan, kaki, otak bahkan hatiku tak mahir bergaul dengan mereka
Aku terlahir dari keluarga biasa
Menjalani hidup dengan biasa
Tampang biasa
Temanku biasa
Musuhku biasa
Guruku biasa
Ilmuku biasa
Emosiku biasa
Nafasku biasa
Bahkan cadar yang kukenakan ini biasa
Namun, satu hal yang perlu Kau ingat,
Keyakinanku ini Luar Biasa
O… sebentar-sebentar
Aku terlupa, cadar inikah masalahmu
Haruskah Aku membukanya
O… tentu tidak, Karena seperti Ku bilang tadi
Cadar ini luar biasa
Begitu luar biasanya, sampai Esref Armagan sekalipun akan berebut menjadikannya objek lukisan
Karena cadar ini fitrahku terjaga
Karena cadar ini kehormatanku terlindungi
Karena cadar ini Aku bergelar terpuji
Karena cadar ini Aku berhati-hati
Dan karena cadar ini Aku bernilai
Setidaknya nilai itu tertulis oleh qalam ilahi
Dalam catatan Ilahi yang tanpa tepi
Jadi tak perlu lagi Kau berteriak kencang
Hey… Teroris… Hey Teroris… Tangkap Teroris… Tangkap teroris
Otot lehermu akan putus sia-sia
Percayalah
Aku Bercadar Bukan Teroris
Tidak ada komentar:
Posting Komentar