‘Aku mengirim sebuah teka-teki untukmu.’ Suatu
hari Sarah mengirim pesan singkat ke ponsel Ibrahim.
‘Teka-teki? Mana? Melalui apa?’
Ibrahim membalas sms Sarah.
‘Sms. Kau tahu,
terkadang penulis merasa lega ketika sesuatu yang mengganjal di hatinya
berhasil ditulis. Aku tidak tahu, siapa yang akan menyesal ketika kau berhasil
menebaknya atau tidak berhasil menebaknya. Yang jelas, kegelisanku perlahan
lenyap setelah mengirimkan teka-teki itu padamu.’
‘Cobalah kirim ulang teka-teki itu! Aku tadi tidak memperhatikannya.’
‘Sudahlah, lupakan saja. Hal
itu tidak penting. Menuliskannya dan mengirimkannya padamu, bagiku sudah cukup.’
‘Tapi, sekarang hatiku yang
mengganjal. Tidak baik, membuat orang lain penasaran.’
‘akutahuiniterlalucepatdantidakpantastapijujurAKusUdahGaksabarmEnungguhasiLnyaItusejakSebulanlAluapapunHasilnyaKitalihAtREaksipembacadaNAkuberharapMerekamenyUkainya.’
‘Itu biasa. Wajar saja. Dulu
ketika buku pertamaku terbit, susah sekali lakunya. Tapi pembaca itu melihat
eksistensi kita. Seberapa istiqomahkah kita menulis. Setelah pembaca tahu buku
kedua, ketiga dan seterusnya, Eh… banyak yang nyari buku pertamaku. Tapi, aku
suka tulisanmu. Editorku juga bilang begitu.’
‘Tapi, bukan itu arti
teka-tekinya. Ada hal tersirat dalam kalimatnya. Aku kira kau lebih tahu soal
bahasa ketimbang diriku. Hehehe… tapi sudahlah. Biarkan, teka-teki itu tidak
tertebak seumur hidupmu.’
‘Lalu apa artinya? Beritahu
aku, dong!’
‘Bukan teka-teki, kalau
diberitahu.’
‘Tolonglah, sederhanakan
keanehan dan kemisteriusanmu itu!’
‘Apa kau tidak melihat
tulisannya yang tanpa spasi? Lihat pula huruf kapitalnya yang tidak beraturan!
Setelah kata jujur hilangkan
semua huruf kecil. Dan kau akan bisa membaca kalimat berhuruf kapital itu.’
Lama Ibrahim tidak membalas
sms Sarah. Beberapa jam kemudian.
‘Orang yang dekat dengan
Allah, tidak akan merasakan kegelisahan.’ Nasehat yang singkat dan tidak akan
pernah dilupakan Sarah.
‘Hmm… berarti memang belum
pantas. Sebaiknya aku mundur saja dan akan kembali, setelah memantaskan diri.’
Setelah itu mereka melupakan
teka-tekinya. Seperti biasa Ibrahim dan Sarah membahas tentang buku-buku mereka
yang akan diterbitkan, sesekali Ibrahim bercerita tentang kampus, mata
kuliahnya di kelas pascasarjana, ketertarikannya pada ilmu filsafat,
cita-citanya yang ingin membangun lembaga intelektual di desanya, tentang
kesetiaan yang bagi Ibrahim adalah fana dan tentang teman-temannya yang cantik.
Ibrahim memang tak bisa menampik kodratnya sebagai laki-laki normal, menyukai
perempuan cantik.
‘Berakhir Sebelum Dimulai.’
Lagi-lagi Sarah mengirim tulisan misterius pada Ibrahim. Dia memang gadis yang
suka teka-teki.
‘Lagi-lagi, kau mengirim
teka-teki. Hmm…’
‘Itu judul puisi.’ Balas
Sarah.
‘Benarkah? Mana puisinya?’
‘Seekor merpati betina
menjelajahi waktu. Mencari jawaban atas takdirnya. Di persimpangan waktu, dia
melihat cahaya terpancar dari seekor merpati jantan yang berada di dalam sangkar
berduri. Dia berharap, takdirnya ada di balik cahaya itu. Sekuat tenaga dia
mengepakkan sayap dan menerobos sangkar. Sayapnya berdarah tapi dia tidak
peduli. Tiba-tiba datanglah seekor merak dengan bulu-bulunya yang indah. Dia
membawa kunci sangkar itu dan melepaskan merpati jantan dari sangkar. Merpati
jantan tak pernah menoleh ke arah merpati betina yang berdarah itu. Dia terbang
tinggi bersama merak. Merpati betina yang terluka itu terseok-terseok berusaha
terbang dan kembali menjelajahi waktu.’
‘Puisi itu untuk siapa? Untuk
orang yang kau kagumi di masalalu?’
‘Jika aku mengatakan, puisi
itu untukmu, apa kau percaya?’
‘Percaya. Sepertinya memang
tertulis untukku. Heuheu… becanda, aku hanya menggodamu.’
‘Terlepas puisi itu untukmu
atau bukan, yang jelas… aku bersungguh-sungguh menuliskannya dari hati.’
‘Mana ada, penulis yang tidak
bersungguh-sungguh dalam menulis.’
‘Ya… terdengar seperti bukan
pertanyaan. Tapi, menurutmu apakah merpati betina itu masih punya kesempatan
untuk menunjukkan kesetiaannya pada merpati jantan?’
‘Masih ada. Karena merpati
jantan itu, sebenarnya masih suka terbang bebas. Dan ingin mencapai puncak
pohon yang tinggi dan sejuk.’
‘Baiklah… akan kusampaikan
salam pada merpati betina untuk kembali sabar menunggu dan berusaha memantaskan
diri dalam penantian. Aku akan membuatnya berjanji agar mengobati luka di
sayapnya dan bertahan hidup.’
‘Tapi… merpati jantan itu
takut terengah-engah dan kehabisan nafas dalam perjalanannya menuju puncak
pohon.’
‘Merpati betina itu akan siap
kapanpun memberikan sayapnya untuk membantu merpati jantan mencapai puncak
pohon.’
‘Aku tersanjung dengan
kejujuranmu. Tapi, apa yang membuatmu begitu berharap padaku?’
‘Aku tidak punya jawaban atas
pertanyaanmu. Tapi, apakah kau berfikir aku telah membual soal merpati betina
itu?’
‘Tidak sama sekali, aku hanya
berfikir ini terlalu cepat, melihat wajahmu saja aku tak pernah.’
Sarah membatin dalam hati, ‘Aku
mengagumimu karena keteguhanmu berusaha menjalani prinsip. Kau mengutarakan
alasanmu meninggalkan kekasihmu dulu karena ingin fokus ibadah dan kuliah. Aku
hanya berfikir, aku akan beruntung memiliki imam seperti itu. Imam yang rela
meninggalkan urusan syahwat dan duniawi saat menghadap Tuhan dan menuntut ilmu.
Itu saja. Tapi, sepertinya mengagumimu itu seperti mengagumi lautan. Hanya bisa
dikagumi dan tidak bisa dimiliki.’
‘Aku hanya tidak ingin
menyesal karena tidak bisa membuatmu mengerti apa yang telah terjadi padaku.’
Ibrahim mengirimkan pesan
lagi,’ bisakah kau memberiku foto dirimu, atau apalah yang membuatku tahu
wajahmu. Atau mungkin kita bisa bertemu, di suatu tempat misalnya.’
‘Aku tak seindah masalalumu.
Mungkin aku tak akan berani menatapmu saat bertemu denganmu. Bukan karena aku
malu, Allah menciptakanku dengan wajah yang tak cantik, tapi karena aku merasa
terlalu lancang mengutarakan isi hatiku padamu. Bodohnya aku… aku merasa
menjadi wanita paling menjijikkan yang berani menawarkan dirinya sendiri.’
‘Tidak perlu kau berujar
begitu. Bukankah, wanita juga berhak memilih. Aku menyukai kepribadian dan latarbelakangmu.’
*****
Kisah ini, berawal dari curhat
sederhana Ibrahim tentang masalalunya semasa SMA dengan mantan kekasihnya. Ibrahim
tidak tahu kenapa dia percaya begitu saja pada Sarah, menceritakan masalah
pribadinya. Padahal mereka sama sekali tidak pernah bertatap muka dan Ibrahim
bukan tipikal pria yang bisa menceritakan masalah pribadinya pada siapapun.
Meski, dulu mereka pernah belajar di sekolah yang sama, mereka sama sekali
tidak tahu wajah masing-masing. Kedekatan mereka hanya melalui pesan via sms
karena urusan penerbitan buku yang ditangani Ibrahim. Perusahaan Penerbitan
buku milik Ibrahim menyukai tulisan-tulisan Sarah dan ingin menerbitkannya.
Dia memang mendengar nama Ibrahim
sejak kelas 2 SMA. Tapi, Dia selalu bertindak masa bodoh pada laki-laki karena
prinsip hidupnya adalah tidak akan menjalin hubungan asmara sebelum menikah. Didikan
keduaorangtuanya yang membuat Sarah berani berprinsip seperti itu. Baginya,
asmara hanya membuang-buang waktu. Sarah tidak tahu apa arti cinta dan
kesetiaan. Meski dia pernah mengagumi seseorang di masalalunya dan tidak berani
mengatakannya, tapi dia menganggap hal itu hanya seperti kekaguman para fans
Shakhrukh Khan. Tidak lebih.
Nama Ibrahim tidak asing
terdengar di telinga Sarah. Cerdas dan menyukai jurnalistik. Waktu SMA, Sarah
berfikir, laki-laki cerdas biasanya angkuh dan kaku memilih teman. Persepsinya
tentang Ibrahim berubah saat mengenalnya lebih jauh. Ibrahim bisa membuat
lelucon dan tidak kaku dalam berteman.
Ada sesuatu yang telah terjadi
dan mengubah Sarah. Sarah tidak tahu apa itu. Yang jelas, tiba-tiba dia diburu
oleh perasaan gelisah. Padahal sebelumnya, dia baik-baik saja dan menjalani
aktifitasnya dengan tenang.
“Sarah… Kamu ndak makan
seharian Nduk. Nanti sakit? Apa ndak cocok sama lauk buatan
Bunda?”
“Benarkah aku tidak makan
seharian, Bunda? Aku tidak tahu kapan aku merasa lapar, hingga membuatku lupa
pada makanan buatan Bunda?”
“Apa yang terjadi padamu?”
“Tidak ada Bunda. Sarah
baik-baik saja, seperti biasanya.”
“Bunda itu tahu kamu, lebih
dari apa yang kamu ketahui tentang dirimu sendiri.”
“Hmmm… Baiklah Bunda, aku akan
ajukan pertanyaan pada Bunda. Apakah Bunda setuju pada pendapat yang mengatakan Setia
itu Fana?”
“Kesetiaan itu tertanam dengan
sendirinya ketika seseorang benar-benar mencintai. Seorang hamba yang mencintai
Allah, pasti akan setia pada Allah. Seorang Ummat yang mencintai Nabinya, akan
setia pada Nabinya. Seorang perdana mentri atau rakyat yang mencintai rajanya,
pasti akan setia pada rajanya. Seorang anak yang mencintai orangtuanya, pasti
setia pada orangtuanya. Seorang istri yang mencintai suaminya, akan setia pada
suaminya. Begitu juga, seorang suami yang mencintai istrinya, akan setia pada
istrinya. Manusia lebih memiliki hati dan perasaan dibanding hewan. Manusia
lebih berpotensi untuk bisa setia dibanding hewan. Tapi, kenapa terkadang kita
kalah pada hewan? Anjing Ashabul Kahfi saja bisa setia, masak kita tidak bisa.”
“Tapi… hewan tidak bisa setia
pada pasangannya Bunda. Mereka hanya setia pada majikannya.”
“Bukankah itu menunjukkan
bahwa hewan lebih unggul dalam masalah kesetiaan?”
“Maksudnya Bunda?”
“Hewan bisa memilih, mana yang
lebih mencintainya. Hewan terkadang tidak setia pada pasangannya karena mungkin
menurutnya pasangannya itu hanya memberikan kasih sayang syahwati. Sedangkan
kasih sayang manusia pada hewan, bukan dilandasi syahwat melainkan kasih sayang
tulus tanpa pamrih. Bukankah manusia yang sayang dan cinta pada hewan
peliharaannya, tidak akan tega membunuhnya dan membiarkannya sakit. Bahkan
mereka rela mengorbankan harta dan nyawa untuk melindungi hewan peliharaan
kesayangannya itu?”
“Hmmm… Lalu, bagaimana ukuran
kesetiaan itu sebenarnya?” Sarah mengangguk kemudian kembali bertanya.
“Kesetiaan tidak memiliki alat
ukur yang khusus. Karena kesetiaan itu abstrak. Abstrak bukan berarti tidak ada
atau fana. Abstrak itu ada dan hanya bisa dimengerti oleh orang-orang tertentu.
Seperti lukisan abstrak seniman, yang bisa mengerti dan mengetahui nilainya
adalah seniman juga, atau menimal orang yang mengerti dan tertarik pada seni.
Jadi kesetiaan itu tidak butuh diucapkan, tapi dibuktikan.”
Kemudian Bunda berujar
lagi,”Setia pada Allah, tidak berani membuat Allah cemburu dengan
menyekutukannya, tidak berani melakukan hal yang tidak disukai bahkan dibenci
Allah, tidak akan berani melawan perintah-Nya, melaksanakan urusan-urusan kecil
maupun besar yang berhubungan dengan Allah, dan rela mengorbankan apapun
asalkan untuk urusan Allah. Begitu pula jika mengatakan setia pada Nabi, raja,
orangtua, sahabat, istri, atau suami.”
“Sekarang Sarah mengerti.”
“Apa Sarah sedang jatuh cinta,
hingga lupa makan dan menanyakan soal kesetiaan?”
“Tidak. Bahkan Sarah tidak
tahu apa itu cinta. Bagi Sarah, cinta itu hanya ada dalam novel dan kisah fiksi
romance. Bunda tahu sendiri aku tak begitu suka dengan buku-buku romance.”
Sarah menjawab datar.
Bunda tersenyum,”Ya sudah,
makanlah sesuatu, jangan buat dirimu sakit.”
*****
‘Aku ingin melanjutkan studiku
ke Singapura. Mungkin sekitar dua tahun aku akan menyelesaikan disertasiku disana.’
Ibrahim mengirimkan pesan singkat ke ponsel Sarah. Sampai sejauh ini, mereka
sama sekali belum saling bertemu. Hubungan mereka juga hanya sebatas rekan
bisnis di penerbitan dan sebatas sahabat pena. Puisi soal merpati dan teka-teki
dari Sarah hanya bisa mereka simpan di hp masing-masing.
‘Apa itu artinya kau akan jauh
dari Indonesia?’ balasan sms Sarah terbaca seperti ada kekecewaan.
‘Impianku menjadi Doktor
termuda sebelum usiaku menginjak 30 tahun. Aku dapat beasiswa ke Singapura.’
Lama sarah tak membalas sms Ibrahim.
Ibrahim tidak tahu, apa yang terjadi pada Sarah.
‘Aku berjanji akan kembali dan
menemuimu di tepi pantai. InsyaAllah.
Bukankah pantai adalah tempat yang paling kau suka.’ Ibrahim mengirim sms lagi.
‘Merpati betina akan selalu
menunggu. Bukankah dia sudah berjanji memberikan sayapnya untuk mengantarkan
merpati jantan menuju puncak pohon.’
‘Aku berangkat besok dari
bandara Juanda mengendarai Pesawat Air Asia.’
‘Besok aku akan berpuasa untuk
mendo’akanmu.’
*****
Sarah meneteskan airmata
setelah membaca headline di sebuah surat kabar nasional melalui internet.
Bibirnya pucat. Tangannya yang memegang mouse tiba-tiba kaku.
Pesawat Air Asia QZ-8501 jatuh
di sekitar Laut Jawa dalam perjalanan dari Surabaya menuju Singapura pada 28
Desember 2014 lalu. Pesawat berpenumpang 155 dengan tujuh awak ini diduga jatuh
akibat adanya awan cumulonimbus (Cb).
Berdasarkan data Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di lokasi hilangnya pesawat
AirAsia ditemukan awan cumulonimbus (Cb) yang sangat tebal mencapai 5-10
kilometer. selain itu, jaringan pemantau cuaca, Weather Bug, mengatakan petir
menyambar di dekat jalur penerbangan AirAsia penerbangan QZ8501.
Keberadaan awan Cb sering
dianggap sebagai momok bagi kalangan penerbangan. Pengamat Penerbangan, Jusman
Syafii Djamal, mengatakan awan cumulonimbus (Cb) dapat menyebabkan turbulensi
dan mesin pesawat mati.
“Di dalam awan cumulonimbus
terdapat butiran es yang mengalir. Kalau butiran ini masuk ke engine, maka
dapat menyebabkan engine mati,” ujar Jusman yang juga mantan Menteri
Perhubungan itu.
Di dalam awan cumulonimbus
tidak hanya terdapat aliran butiran es yang dapat membekukan mesin pesawat
sehingga menyebabkan kerusakan dan pesawat tidak bisa terbang lagi. Di dalam
awan cumulonimbus juga terdapat badai petir yang mengkilat-kilat.
Sarah teringat Ayat Al-Qur’an
Surat An-Nur [24] ayat 43,
''Tidakkah engkau melihat bahwa Allah
menjadikan awan bergerak perlahan lalu mengumpulkannya. Allah kemudian
menjadikan awan-awan tersebut bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar
dari celah-celahnya. Dia juga menurunkan butiran-butiran es dari
gumpalan-gumpalan awan yang besarnya bagaikan gunung-gunung. Maka,
ditimpakan-Nya butiran-butiran es itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan
dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatannya hampir-hampir
menghilangkan penglihatan."
Fakta awan cumulonimbus dan
jatuhnya pesawat AirAsia ini membuktikan kebenaran Al-quran. Empat belas abad
lalu, Allah Swt melalui Nabi Muhammad Saw telah menurunkan firman-Nya yang memaparkan
keberadaan awan cumulonimbus tersebut. Penggalan ayat ini menginformasikan,
butiran-butiran es turun dari awam yang bagaikan gunung. Dan bahwa pada
butiran-butiran es itu merupakan sebab terjadinya kilat dan bahwa kilatannya
merupakan yang paling berkilau, sehingga hampir-hampir saja menghilangkan
pandangan.
*****
Sarah membuka akun facebook Ibrahim.
Berharap pesawat yang jatuh itu bukan pesawat yang ditumpangi Ibrahim. Status
terakhir Ibrahim tertulis pada 28 Desember 2014 pukul 08.00 WIB, tepat sebelum Ibrahim
benar-benar ada dalam pesawat. ‘Aku mencintaimu, dari ketinggian 38.000 ft.
#Pesawat Air Asia QZ-8501.’
Sarah berubah menjadi seperti
mayat hidup. Tanpa pamit, Sarah berangkat menuju bandara Juanda Surabaya. Tidak
biasanya dia begitu. Pergi tanpa pamit. Keluarganya tidak tahu apa yang terjadi
pada Sarah. Dia menunggu berhari-hari di bandara. Berhari-hari dia tidak tidur
dan tidak makan hanya untuk menunggu kabar dari pihak kepolisian. Yang
dilakukannya hanya menunggu, berdo’a dan sholat. Dia berharap Komandan
Pangkalan TNI AL itu hanya bercanda
ketika mengatakan semua penumpangnya kemungkinan tidak selamat. Sarah tidak
bergeming ketika keluarganya menanyakan apa yang telah terjadi. Sarah hanya
terus membisu.
“Makanlah Nak, beristirahatlah!
Jika Kau yakin dia akan kembali dan menunaikan janjinya padamu untuk menemuimu,
maka jangan biarkan dirimu jatuh sakit. Bagaimana kau bisa menemuinya dalam
keadaan seburuk ini?” Seorang Ibu menawarinya sepotong roti. Ibu tua penjual
makanan ringan di bandara itu yang tahu apa yang terjadi pada Sarah. Sarah
menceritakannya tanpa sadar pada Ibu tua itu sebelum keluarganya datang
menyusul.
*****
10 Tahun kemudian. Di tepi
pantai kenjeran Surabaya, Sarah terlihat sedang menunggu seseorang. Bibirnya
pucat, matanya berkantong, sepertinya dia sering menangis. Jilbab birunya
terhempas angin.
“Kau berjanji akan menemuiku
di tempat yang kusuka. Aku selalu menunggumu di sini.”
Tiba-tiba Sarah mendengar
sebuah suara.
“Aku datang!”
Sarah menoleh ke arah suara
itu. Dia tersenyum. Senyuman Sarah dibalas. Sarah tahu siapa yang berada di
hadapannya itu. Sarah kenal senyum itu meski baru pertama kali ini Sarah
bertemu dengannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar