Selasa, 20 Januari 2015

AKU MENCINTAIMU, DARI KETINGGIAN 38.000 KAKI


‘Aku mengirim sebuah teka-teki untukmu.’ Suatu hari Sarah mengirim pesan singkat ke ponsel Ibrahim.
‘Teka-teki? Mana? Melalui apa?’ Ibrahim membalas sms Sarah.
Sms. Kau tahu, terkadang penulis merasa lega ketika sesuatu yang mengganjal di hatinya berhasil ditulis. Aku tidak tahu, siapa yang akan menyesal ketika kau berhasil menebaknya atau tidak berhasil menebaknya. Yang jelas, kegelisanku perlahan lenyap setelah mengirimkan teka-teki itu padamu.’


            ‘Cobalah kirim ulang teka-teki itu! Aku tadi tidak memperhatikannya.’
‘Sudahlah, lupakan saja. Hal itu tidak penting. Menuliskannya dan mengirimkannya padamu, bagiku sudah cukup.’
‘Tapi, sekarang hatiku yang mengganjal. Tidak baik, membuat orang lain penasaran.’
‘akutahuiniterlalucepatdantidakpantastapijujurAKusUdahGaksabarmEnungguhasiLnyaItusejakSebulanlAluapapunHasilnyaKitalihAtREaksipembacadaNAkuberharapMerekamenyUkainya.’
‘Itu biasa. Wajar saja. Dulu ketika buku pertamaku terbit, susah sekali lakunya. Tapi pembaca itu melihat eksistensi kita. Seberapa istiqomahkah kita menulis. Setelah pembaca tahu buku kedua, ketiga dan seterusnya, Eh… banyak yang nyari buku pertamaku. Tapi, aku suka tulisanmu. Editorku juga bilang begitu.’
‘Tapi, bukan itu arti teka-tekinya. Ada hal tersirat dalam kalimatnya. Aku kira kau lebih tahu soal bahasa ketimbang diriku. Hehehe… tapi sudahlah. Biarkan, teka-teki itu tidak tertebak seumur hidupmu.’
‘Lalu apa artinya? Beritahu aku, dong!’
‘Bukan teka-teki, kalau diberitahu.’
‘Tolonglah, sederhanakan keanehan dan kemisteriusanmu itu!’
‘Apa kau tidak melihat tulisannya yang tanpa spasi? Lihat pula huruf kapitalnya yang tidak beraturan! Setelah kata jujur hilangkan semua huruf kecil. Dan kau akan bisa membaca kalimat berhuruf kapital itu.’
Lama Ibrahim tidak membalas sms Sarah. Beberapa jam kemudian.
‘Orang yang dekat dengan Allah, tidak akan merasakan kegelisahan.’ Nasehat yang singkat dan tidak akan pernah dilupakan Sarah.
‘Hmm… berarti memang belum pantas. Sebaiknya aku mundur saja dan akan kembali, setelah memantaskan diri.’
Setelah itu mereka melupakan teka-tekinya. Seperti biasa Ibrahim dan Sarah membahas tentang buku-buku mereka yang akan diterbitkan, sesekali Ibrahim bercerita tentang kampus, mata kuliahnya di kelas pascasarjana, ketertarikannya pada ilmu filsafat, cita-citanya yang ingin membangun lembaga intelektual di desanya, tentang kesetiaan yang bagi Ibrahim adalah fana dan tentang teman-temannya yang cantik. Ibrahim memang tak bisa menampik kodratnya sebagai laki-laki normal, menyukai perempuan cantik.
‘Berakhir Sebelum Dimulai.’ Lagi-lagi Sarah mengirim tulisan misterius pada Ibrahim. Dia memang gadis yang suka teka-teki.
‘Lagi-lagi, kau mengirim teka-teki. Hmm…’
‘Itu judul puisi.’ Balas Sarah.
‘Benarkah? Mana puisinya?’
‘Seekor merpati betina menjelajahi waktu. Mencari jawaban atas takdirnya. Di persimpangan waktu, dia melihat cahaya terpancar dari seekor merpati jantan yang berada di dalam sangkar berduri. Dia berharap, takdirnya ada di balik cahaya itu. Sekuat tenaga dia mengepakkan sayap dan menerobos sangkar. Sayapnya berdarah tapi dia tidak peduli. Tiba-tiba datanglah seekor merak dengan bulu-bulunya yang indah. Dia membawa kunci sangkar itu dan melepaskan merpati jantan dari sangkar. Merpati jantan tak pernah menoleh ke arah merpati betina yang berdarah itu. Dia terbang tinggi bersama merak. Merpati betina yang terluka itu terseok-terseok berusaha terbang dan kembali menjelajahi waktu.’
‘Puisi itu untuk siapa? Untuk orang yang kau kagumi di masalalu?’
‘Jika aku mengatakan, puisi itu untukmu, apa kau percaya?’
‘Percaya. Sepertinya memang tertulis untukku. Heuheu… becanda, aku hanya menggodamu.’
‘Terlepas puisi itu untukmu atau bukan, yang jelas… aku bersungguh-sungguh menuliskannya dari hati.’
‘Mana ada, penulis yang tidak bersungguh-sungguh dalam menulis.’
‘Ya… terdengar seperti bukan pertanyaan. Tapi, menurutmu apakah merpati betina itu masih punya kesempatan untuk menunjukkan kesetiaannya pada merpati jantan?’
‘Masih ada. Karena merpati jantan itu, sebenarnya masih suka terbang bebas. Dan ingin mencapai puncak pohon yang tinggi dan sejuk.’
‘Baiklah… akan kusampaikan salam pada merpati betina untuk kembali sabar menunggu dan berusaha memantaskan diri dalam penantian. Aku akan membuatnya berjanji agar mengobati luka di sayapnya dan bertahan hidup.’
‘Tapi… merpati jantan itu takut terengah-engah dan kehabisan nafas dalam perjalanannya menuju puncak pohon.’
‘Merpati betina itu akan siap kapanpun memberikan sayapnya untuk membantu merpati jantan mencapai puncak pohon.’
‘Aku tersanjung dengan kejujuranmu. Tapi, apa yang membuatmu begitu berharap padaku?’
‘Aku tidak punya jawaban atas pertanyaanmu. Tapi, apakah kau berfikir aku telah membual soal merpati betina itu?’
‘Tidak sama sekali, aku hanya berfikir ini terlalu cepat, melihat wajahmu saja aku tak pernah.’
Sarah membatin dalam hati, ‘Aku mengagumimu karena keteguhanmu berusaha menjalani prinsip. Kau mengutarakan alasanmu meninggalkan kekasihmu dulu karena ingin fokus ibadah dan kuliah. Aku hanya berfikir, aku akan beruntung memiliki imam seperti itu. Imam yang rela meninggalkan urusan syahwat dan duniawi saat menghadap Tuhan dan menuntut ilmu. Itu saja. Tapi, sepertinya mengagumimu itu seperti mengagumi lautan. Hanya bisa dikagumi dan tidak bisa dimiliki.’
‘Aku hanya tidak ingin menyesal karena tidak bisa membuatmu mengerti apa yang telah terjadi padaku.’
Ibrahim mengirimkan pesan lagi,’ bisakah kau memberiku foto dirimu, atau apalah yang membuatku tahu wajahmu. Atau mungkin kita bisa bertemu, di suatu tempat misalnya.’
‘Aku tak seindah masalalumu. Mungkin aku tak akan berani menatapmu saat bertemu denganmu. Bukan karena aku malu, Allah menciptakanku dengan wajah yang tak cantik, tapi karena aku merasa terlalu lancang mengutarakan isi hatiku padamu. Bodohnya aku…  aku merasa menjadi wanita paling menjijikkan yang berani menawarkan dirinya sendiri.’
‘Tidak perlu kau berujar begitu. Bukankah, wanita juga berhak memilih. Aku menyukai kepribadian dan latarbelakangmu.’
*****
Kisah ini, berawal dari curhat sederhana Ibrahim tentang masalalunya semasa SMA dengan mantan kekasihnya. Ibrahim tidak tahu kenapa dia percaya begitu saja pada Sarah, menceritakan masalah pribadinya. Padahal mereka sama sekali tidak pernah bertatap muka dan Ibrahim bukan tipikal pria yang bisa menceritakan masalah pribadinya pada siapapun. Meski, dulu mereka pernah belajar di sekolah yang sama, mereka sama sekali tidak tahu wajah masing-masing. Kedekatan mereka hanya melalui pesan via sms karena urusan penerbitan buku yang ditangani Ibrahim. Perusahaan Penerbitan buku milik Ibrahim menyukai tulisan-tulisan Sarah dan ingin menerbitkannya.
Dia memang mendengar nama Ibrahim sejak kelas 2 SMA. Tapi, Dia selalu bertindak masa bodoh pada laki-laki karena prinsip hidupnya adalah tidak akan menjalin hubungan asmara sebelum menikah. Didikan keduaorangtuanya yang membuat Sarah berani berprinsip seperti itu. Baginya, asmara hanya membuang-buang waktu. Sarah tidak tahu apa arti cinta dan kesetiaan. Meski dia pernah mengagumi seseorang di masalalunya dan tidak berani mengatakannya, tapi dia menganggap hal itu hanya seperti kekaguman para fans Shakhrukh Khan. Tidak lebih.
Nama Ibrahim tidak asing terdengar di telinga Sarah. Cerdas dan menyukai jurnalistik. Waktu SMA, Sarah berfikir, laki-laki cerdas biasanya angkuh dan kaku memilih teman. Persepsinya tentang Ibrahim berubah saat mengenalnya lebih jauh. Ibrahim bisa membuat lelucon dan tidak kaku dalam berteman.
Ada sesuatu yang telah terjadi dan mengubah Sarah. Sarah tidak tahu apa itu. Yang jelas, tiba-tiba dia diburu oleh perasaan gelisah. Padahal sebelumnya, dia baik-baik saja dan menjalani aktifitasnya dengan tenang.
“Sarah… Kamu ndak makan seharian Nduk. Nanti sakit? Apa ndak cocok sama lauk  buatan Bunda?”
“Benarkah aku tidak makan seharian, Bunda? Aku tidak tahu kapan aku merasa lapar, hingga membuatku lupa pada makanan buatan Bunda?”
“Apa yang terjadi padamu?”
“Tidak ada Bunda. Sarah baik-baik saja, seperti biasanya.”
“Bunda itu tahu kamu, lebih dari apa yang kamu ketahui tentang dirimu sendiri.”
“Hmmm… Baiklah Bunda, aku akan ajukan pertanyaan pada Bunda. Apakah Bunda setuju pada pendapat yang mengatakan Setia itu Fana?”
“Kesetiaan itu tertanam dengan sendirinya ketika seseorang benar-benar mencintai. Seorang hamba yang mencintai Allah, pasti akan setia pada Allah. Seorang Ummat yang mencintai Nabinya, akan setia pada Nabinya. Seorang perdana mentri atau rakyat yang mencintai rajanya, pasti akan setia pada rajanya. Seorang anak yang mencintai orangtuanya, pasti setia pada orangtuanya. Seorang istri yang mencintai suaminya, akan setia pada suaminya. Begitu juga, seorang suami yang mencintai istrinya, akan setia pada istrinya. Manusia lebih memiliki hati dan perasaan dibanding hewan. Manusia lebih berpotensi untuk bisa setia dibanding hewan. Tapi, kenapa terkadang kita kalah pada hewan? Anjing Ashabul Kahfi saja bisa setia, masak kita tidak bisa.”
“Tapi… hewan tidak bisa setia pada pasangannya Bunda. Mereka hanya setia pada majikannya.”
“Bukankah itu menunjukkan bahwa hewan lebih unggul dalam masalah kesetiaan?”
“Maksudnya Bunda?”
“Hewan bisa memilih, mana yang lebih mencintainya. Hewan terkadang tidak setia pada pasangannya karena mungkin menurutnya pasangannya itu hanya memberikan kasih sayang syahwati. Sedangkan kasih sayang manusia pada hewan, bukan dilandasi syahwat melainkan kasih sayang tulus tanpa pamrih. Bukankah manusia yang sayang dan cinta pada hewan peliharaannya, tidak akan tega membunuhnya dan membiarkannya sakit. Bahkan mereka rela mengorbankan harta dan nyawa untuk melindungi hewan peliharaan kesayangannya itu?”
“Hmmm… Lalu, bagaimana ukuran kesetiaan itu sebenarnya?” Sarah mengangguk kemudian kembali bertanya.
“Kesetiaan tidak memiliki alat ukur yang khusus. Karena kesetiaan itu abstrak. Abstrak bukan berarti tidak ada atau fana. Abstrak itu ada dan hanya bisa dimengerti oleh orang-orang tertentu. Seperti lukisan abstrak seniman, yang bisa mengerti dan mengetahui nilainya adalah seniman juga, atau menimal orang yang mengerti dan tertarik pada seni. Jadi kesetiaan itu tidak butuh diucapkan, tapi dibuktikan.”
Kemudian Bunda berujar lagi,”Setia pada Allah, tidak berani membuat Allah cemburu dengan menyekutukannya, tidak berani melakukan hal yang tidak disukai bahkan dibenci Allah, tidak akan berani melawan perintah-Nya, melaksanakan urusan-urusan kecil maupun besar yang berhubungan dengan Allah, dan rela mengorbankan apapun asalkan untuk urusan Allah. Begitu pula jika mengatakan setia pada Nabi, raja, orangtua, sahabat, istri, atau suami.”  
“Sekarang Sarah mengerti.”
“Apa Sarah sedang jatuh cinta, hingga lupa makan dan menanyakan soal kesetiaan?”
“Tidak. Bahkan Sarah tidak tahu apa itu cinta. Bagi Sarah, cinta itu hanya ada dalam novel dan kisah fiksi romance. Bunda tahu sendiri aku tak begitu suka dengan buku-buku romance.” Sarah menjawab datar.
Bunda tersenyum,”Ya sudah, makanlah sesuatu, jangan buat dirimu sakit.”
*****
‘Aku ingin melanjutkan studiku ke Singapura. Mungkin sekitar dua tahun aku akan menyelesaikan disertasiku disana.’ Ibrahim mengirimkan pesan singkat ke ponsel Sarah. Sampai sejauh ini, mereka sama sekali belum saling bertemu. Hubungan mereka juga hanya sebatas rekan bisnis di penerbitan dan sebatas sahabat pena. Puisi soal merpati dan teka-teki dari Sarah hanya bisa mereka simpan di hp masing-masing.
‘Apa itu artinya kau akan jauh dari Indonesia?’ balasan sms Sarah terbaca seperti ada kekecewaan.
‘Impianku menjadi Doktor termuda sebelum usiaku menginjak 30 tahun. Aku dapat beasiswa ke Singapura.’
Lama sarah tak membalas sms Ibrahim. Ibrahim tidak tahu, apa yang terjadi pada Sarah.
‘Aku berjanji akan kembali dan menemuimu di tepi pantai. InsyaAllah. Bukankah pantai adalah tempat yang paling kau suka.’ Ibrahim mengirim sms lagi.
‘Merpati betina akan selalu menunggu. Bukankah dia sudah berjanji memberikan sayapnya untuk mengantarkan merpati jantan menuju puncak pohon.’
‘Aku berangkat besok dari bandara Juanda mengendarai Pesawat Air Asia.’
‘Besok aku akan berpuasa untuk mendo’akanmu.’
*****
Sarah meneteskan airmata setelah membaca headline di sebuah surat kabar nasional melalui internet. Bibirnya pucat. Tangannya yang memegang mouse tiba-tiba kaku.  
Pesawat Air Asia QZ-8501 jatuh di sekitar Laut Jawa dalam perjalanan dari Surabaya menuju Singapura pada 28 Desember 2014 lalu. Pesawat berpenumpang 155 dengan tujuh awak ini diduga jatuh akibat adanya awan cumulonimbus (Cb).
Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di lokasi hilangnya pesawat AirAsia ditemukan awan cumulonimbus (Cb) yang sangat tebal mencapai 5-10 kilometer. selain itu, jaringan pemantau cuaca, Weather Bug, mengatakan petir menyambar di dekat jalur penerbangan AirAsia penerbangan QZ8501.
Keberadaan awan Cb sering dianggap sebagai momok bagi kalangan penerbangan. Pengamat Penerbangan, Jusman Syafii Djamal, mengatakan awan cumulonimbus (Cb) dapat menyebabkan turbulensi dan mesin pesawat mati.
“Di dalam awan cumulonimbus terdapat butiran es yang mengalir. Kalau butiran ini masuk ke engine, maka dapat menyebabkan engine mati,” ujar Jusman yang juga mantan Menteri Perhubungan itu.
Di dalam awan cumulonimbus tidak hanya terdapat aliran butiran es yang dapat membekukan mesin pesawat sehingga menyebabkan kerusakan dan pesawat tidak bisa terbang lagi. Di dalam awan cumulonimbus juga terdapat badai petir yang mengkilat-kilat.
Sarah teringat Ayat Al-Qur’an Surat An-Nur [24] ayat 43,
''Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan lalu mengumpulkannya. Allah kemudian menjadikan awan-awan tersebut bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya. Dia juga menurunkan butiran-butiran es dari gumpalan-gumpalan awan yang besarnya bagaikan gunung-gunung. Maka, ditimpakan-Nya butiran-butiran es itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatannya hampir-hampir menghilangkan penglihatan."
Fakta awan cumulonimbus dan jatuhnya pesawat AirAsia ini membuktikan kebenaran Al-quran. Empat belas abad lalu, Allah Swt melalui Nabi Muhammad Saw telah menurunkan firman-Nya yang memaparkan keberadaan awan cumulonimbus tersebut. Penggalan ayat ini menginformasikan, butiran-butiran es turun dari awam yang bagaikan gunung. Dan bahwa pada butiran-butiran es itu merupakan sebab terjadinya kilat dan bahwa kilatannya merupakan yang paling berkilau, sehingga hampir-hampir saja menghilangkan pandangan. 
*****
Sarah membuka akun facebook Ibrahim. Berharap pesawat yang jatuh itu bukan pesawat yang ditumpangi Ibrahim. Status terakhir Ibrahim tertulis pada 28 Desember 2014 pukul 08.00 WIB, tepat sebelum Ibrahim benar-benar ada dalam pesawat. ‘Aku mencintaimu, dari ketinggian 38.000 ft. #Pesawat Air Asia QZ-8501.’
Sarah berubah menjadi seperti mayat hidup. Tanpa pamit, Sarah berangkat menuju bandara Juanda Surabaya. Tidak biasanya dia begitu. Pergi tanpa pamit. Keluarganya tidak tahu apa yang terjadi pada Sarah. Dia menunggu berhari-hari di bandara. Berhari-hari dia tidak tidur dan tidak makan hanya untuk menunggu kabar dari pihak kepolisian. Yang dilakukannya hanya menunggu, berdo’a dan sholat. Dia berharap Komandan Pangkalan TNI AL itu hanya bercanda ketika mengatakan semua penumpangnya kemungkinan tidak selamat. Sarah tidak bergeming ketika keluarganya menanyakan apa yang telah terjadi. Sarah hanya terus membisu.
“Makanlah Nak, beristirahatlah! Jika Kau yakin dia akan kembali dan menunaikan janjinya padamu untuk menemuimu, maka jangan biarkan dirimu jatuh sakit. Bagaimana kau bisa menemuinya dalam keadaan seburuk ini?” Seorang Ibu menawarinya sepotong roti. Ibu tua penjual makanan ringan di bandara itu yang tahu apa yang terjadi pada Sarah. Sarah menceritakannya tanpa sadar pada Ibu tua itu sebelum keluarganya datang menyusul.
*****
10 Tahun kemudian. Di tepi pantai kenjeran Surabaya, Sarah terlihat sedang menunggu seseorang. Bibirnya pucat, matanya berkantong, sepertinya dia sering menangis. Jilbab birunya terhempas angin.
“Kau berjanji akan menemuiku di tempat yang kusuka. Aku selalu menunggumu di sini.”
Tiba-tiba Sarah mendengar sebuah suara.
“Aku datang!”   
Sarah menoleh ke arah suara itu. Dia tersenyum. Senyuman Sarah dibalas. Sarah tahu siapa yang berada di hadapannya itu. Sarah kenal senyum itu meski baru pertama kali ini Sarah bertemu dengannya.

Tidak ada komentar: