Kisah ini ditulis dalam surat via Facebook dan dikirimkan padaku oleh sahabatku Akhi "Muhammad Hamdan Yuavi" sebelum dia meninggal. (Semoga Allah menempatkannya di syurgaNya). Kala itu dia bermaksud menghiburku yang sedang menangis.
Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya pada ibunya.
"Ibu, mengapa Ibu menangis?".
Ibunya menjawab, "Sebab aku wanita".
"Aku tak mengerti" kata si anak lagi.
Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. "Nak,
kamu memang tak akan pernah mengerti...."
Kemudian anak itu bertanya pada ayahnya.
"Ayah, mengapa Ibu menangis?Ibu menangis tanpa sebab yang jelas". sang
ayah menjawab, "Semua wanita memang sering menangis tanpa
alasan".
Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.
ia tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.
Hingga pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya
kepada Tuhan,
"Ya Tuhan, mengapa wanita mudah sekali
menangis?"
Dalam mimpinya ia merasa seolah Tuhan menjawab,
"Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya
menjadi sangat utama.
Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh
beban dunia dan isinya,
walaupun juga bahu itu harus cukup nyaman dan
lembut
untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.
Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan
dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau
kerap berulangkali ia menerima cerca dari anaknya itu.
Kuberikan keperkasaan yang akan membuatnya tetap
bertahan,
pantang menyerah saat semua orang sudah putus asa.
Kepada wanita, Kuberikan kesabaran untuk merawat
keluarganya walau letih,
walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang
untuk mencintai semua anaknya dalam kondisi dan
situasi apapun.
Walau acapkali anak-anaknya itu melukai perasaan
dan hatinya.
Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan
pada bayi-bayi yang mengantuk menahan lelap.
Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan
saat didekap dengan lembut olehnya.
Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya
melalui masa-masa sulit dan menjadi pelindung
baginya.
Sebab bukannya tulang rusuk yang melindungi setiap
hati dan jantung agar tak terkoyak.
Kuberikan kepadanya kebijaksanaan dan kemampuan
untuk memberikan pengertian dan menyadarkan
bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah
melukai istrinya.
Walau seringkali pula kebijaksanaan itu akan
menguji setiap kesetiaan
yang diberikan kepada suami agar tetap berdiri
sejajar,
saling melengkapi dan saling menyayangi.
Dan akhirnya Kuberikan ia air mata agar dapat
mencurahkan perasaannya.
Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita,
agar dapat digunakan kapan pun ia inginkan.
Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita,
walaupun sebenarnya air mata ini adalah air mata
kehidupan".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar