365 hari.
Perjalanan adu peran menjadi individu dengan mindset serta karakter
berbeda mengalami jeda sejenak semenjak pergantian masa 31 Desember 2014 yang
lalu. Jeda untuk bertafakkur, mengoreksi keahlian acting Kita dalam bermain
di panggung kehidupan, selama 365 hari. Bukankah, Kita hidup di dunia yang
orang sebut-sebut sebagai panggung sandiwara. Lantas, luluskah Kita nantinya
menjalankan peran yang diputuskan Allah pada ruh Kita dulu sebelum akhirnya
ditiupkan ke jasad. Adakah nilai merah di rapor? Lalu, Dengan tangan yang mana
Kita menerimanya? Pertanyaan yang hampir seluruh anggota tubuh Kita tak mampu
menjawabnya.
Seperti kebanyakan panggung hiburan yang lekat kaitannya
dengan acara unggulan berupa K.O.N.S.E.R, dalam perjalanan karir kehidupan,
manusia juga akan terlibat pada K.O.N.S.E.R dengan tajuk utama konser Syahwati.
Sebuah acara yang disponsori langsung oleh nafsu dan setan.
Al-Qur’an menjelaskan bahwa kecendrungan nafsu manusia yakni secara berurutan
Kembali ke Konser Syahwati, Menurut kaum sufi dalam buku
karangan Muhammad Muhyidin, Sang Host pertama kali akan menawarkan penampilan
10 kontestan binatang papan atas paling berpengaruh bernama Nafsu
Kalbiyah (baca: Jiwa anjing). Tepuk tangan riuh menggema, lampu Footlights
menyorot pantomim gambaran binatang yang apabila berjumpa daging, maka Ia akan
berebut dengan sesamanya. Kecendrungan memonopoli segala hal dan tidak
mengizinkan Sang teman ikut menikmati daging yang diperebutkan. Itulah gambaran
manusia berjiwa anjing. Suka berebut kekuasaan, kedudukan dan keuntungan.
Kontestan kedua, Nafsu Himariyah (baca: Jiwa Keledai) Gambaran seseorang
yang dikarunia Allah akal untuk berfikir, namun Dia membuat akalnya menjadi
picik dan terbatas. Bukankah hal itu sama persis dengan otak keledai yang
kadangkala pandai memikul tapi tak mengerti apa yang dipikulnya. Sebuah ironi
untuk jenis Manusia seperti ini, mempunyai otak yang harganya sangat mahal.
Karena pemiliknya sama sekali belum menggunakannya.
Kontestan berikutnya, yang tak kalah heboh adalah Nafsu
Sabu’iyah (baca: Jiwa srigala). Kontestan kali ini selalu berusaha untuk
dapat menganiaya orang lain dan membuatnya teraniaya. Relung pikiran Jiwa
demikian akan dipenuhi taktik bagaimana melumpuhkan, menyakiti atau merusak
manusia lain. Nafsu Fa’riyah atau Jiwa Tikus menjadi peserta berikutnya,
Seseorang yang mencerminkan jiwa tikus adalah seseorang yang gemar mengumpulkan
harta dengan segala cara, tanpa memperhatikan batasan halal dan haram, salah
dan benar, sedikit dan banyak. Coba perhatikan saja tingkah tikus. Binatang
perusak padi yang jika tidak mendapat ikan asin di dapur pasti akan menggrogoti
sabun atau bahkan kayu lemari Kita. Dan seperti halnya Jiwa Srigala yang suka
menyakiti orang lain, tampaknya kontestan yang satu ini memiliki kemiripan gen.
Nafsu dengan nama yang sangat panjang Zatis Suhumi wal hamati kal hayati wal
‘aqrabi (Jiwa binatang penyengat dan berbisa, seperti kaljengking dan
ular). Jika orang terhipnotis oleh penampilan nafsu ini maka Dia akan senang
menyakiti atau menyindir sesama, hasud, pendendam, enggan memberi maaf dan
berusaha menjatuhkan kehormatan orang lain.
Lalu, sang host dengan hati-hati menyebutkan namanya Nafsu
Jamaliyah (Jiwa Unta… ingat bukan cantik tapi, U.N.T.A). Jiwa yang tuannya
senantiasa bertindak mementingkan diri sendiri dan sama sekali tidak terbesit
dalam hatinya rasa santun dan kasih sayang. Dan, tanpa dipanggil Sang host kontestan berikutnya berjalan meliuk-liuk
menuju panggung dengan mengangkat papan namanya tinggi-tinggi. Nafsu
Thusiyah (Jiwa Merak), lagat pemiliknya adalah mendongakkan kepala,
membusungkan dada, memamerkan keindahan bulunya, kecerdikannya, kemegahannya.
Berbeda dengan merak kontestan nafsu khinziriyah (Jiwa babi) sangat
membenci wewangian dan menyenangi sesuatu yang kotor. Orang yang dikuasai jiwa
ini merasa tak senang apabila mendengar suara adzan atau orang yang mengaji.
Namun, ketika Dia mendengar cekikikan perempuan, syahwatnya akan bergejolak.
Nafsu khinziriyah akan muak dan benci jika mendengar kebenaran. Serta
mengakrabi jika bergumul dengan kebatilan.
Dua kontestan terakhir adalah Nafsu Qirdiyah (Jiwa
Monyet) yang akan mengejek jika diberi makan dan mencibir pula jika tidak
diberi. Serta Nafsu Dubbiyah (Jiwa Beruang) Yang Jika mendengar suara
kambing mengembik maka Dia akan berlari karena menurut kepercayaan nenek
moyang, dahulu beruang memiliki hutang pada kambing. Hal ini menggambarkan
bahwa pemilik jiwa beruang adalah tipe orang yang benar-benar pengecut. Tepuk
tangan kembali bersahut.
Sekarang tanya pad diri sendiri, jenis nafsu yang mana yang
mengendalikan Kita? Satukah? Atau semuanya? Seperti ummat manusia yang menghuni
Kepulauan Indonesia ?
Tak perlu dipungkiri lagi kalau hampir seluruh yang memiliki kepala di Negara
kita terpengaruh paling tidak salah satu dari nafsu-nafsu itu.
Buktinya, muncul program-program baru dari pemerintah yang
mengatas namakan kesejahteraan pendidikan padahal pada dasarnya hanya ingin
menghilangkan (baca : Mencuri) Rp 4,6 Triliun dari anggaran pendidikan. Belum
lagi membengkaknya biaya pembangunan gedung-gedung dinas pejabat tanpa
mengindahkan jeritan rakyat yang menjadi sasaran pajak serta korban bencana.
Bukankah sekaligus mereka telah terpengaruh nafsu srigala, hewan penyengat dan
tikus. Nafsu yang memaksa mereka mengkorup segala hal. Tak peduli halal atau
haram. Serta tak mengenal istilah belas kasih pada individu ynag tersiksa oleh
perbuatan mereka. Maka bukan kesalahan jika pada akhirnya mereka dianugrahi
julukan si tikus-tikus kantor. Atau Ular betina bahkan Dora (tokoh kartun
anak-anak) bisa saja berteriak dengan mudahnya “Srigala jangan mencuri… Srigala
jangan mencuri… Yah, terlambat..!”
Nah, kalau semua dari mereka berhasil menuai usaha dari
ritual KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme)-nya lantas, mereka akan terjangkit
nafsu merak yakni takabbur atau sombong atas kedudukan dan kekayaannya. Hingga
ketika mereka berdekatan dengan orang miskin, reflek jasad mereka akan berkata
jijik. Bukankah Rosul, Nabi saw tak segan-segan
menyuruh kaum fukara(fakir miskin) duduk lebih dekat lagi sehingga lutut-lutut
mereka merapat dengan lutut beliau. Tindak tanduk Rosul ini berdasarkan Ayat Al-Qur’an
yang malaikat Jibril turunkan atas perintah Allah, Surat Al-An'am [6] ayat 52:
"Dan janganlah kamu
mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari,
sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab
sedikitpun terhadap perbuatan mereka. Begitu pula mereka tidak memikul tanggung
jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu,yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir
mereka, sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim."
Kemudian anak-anak mereka akan
dicekoki beberapa materi pendidikan yang katanya sih berbasis International.
Sebuah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir yang serba canggih
serta mampu menerapkan nilai-nilai (religi global, ekonomi global, seni global,
norma-norma global dan etika global). Nilai-nilai yang serba global itu
akhirnya menambah point hidup mereka untuk kesempurnaan menyatu dengan
jenis-jenis nafsu KOTOR yang telah terbahas diawal.
Religi global yang pada akhirnya
meneriakkan persamaan agama di Indonesia. Dengan memperbolehkan anak pindah
agama sesuai dengan kehendak hati nuraninya. Dan akan terjerat Kasus
pelanggaran HAM anak jika hal itu dilarang. Nah, Jika Sang anak tidak
berhati-hati dalam memilih agama maka, tak salah lagi bahwa Dia telah mengidap
penyakit hati dengan virus berupa nafsu Himariyah. Otak mereka akan dikaburkan
oleh statement yang menjerat mereka dalam ruang lingkup pemikiran yang keliru.
Secara otomatis otak mereka hanya terlatih untuk sesuatu berbau cover saja, tak
mampu menelaah materi yang bersifat mendalam.
Ekonomi global akan mendidik
mereka bernafsu Jamaliyah (unta), kenapa? Karena dalam sistem ekonomi global, kapitalisme berada di atas
segala-galanya. Kalau pabrik rugi sedikit, dan harus mem-PHK ribuan orang untuk
menjaga profit share bagi investor, lakukan saja. Tidak usah memikirkan dampak
sosial. Itu urusan orang lain. Bagaimana bisa peka dan meraih nilai tinggi
dalam rapor pada materi kecerdasan sosial kalau masih menganut aliran EGP (Emang
Gue Pikirin, atau Elo, Elo, Gue, Gue. Paham...!)
Parahnya
lagi dalam pelajaran seni global, anak-anak mereka akan mengidolakan Fotografer
Spencer Tunik yang mengkoleksi ribuan foto telanjang bulat di tempat
umum. Mereka akan mengelak dan berkata, “Itulah seni. Bukankah Adam dan Hawa
juga telanjang di surga!” Benar-benar otak keledai bukan? Atau persisnya
Khinziriyah (Babi) yang Anda juga tahu bahwa hewan itu hanya menyukai tempat
yang jorok. Apakah Anda tidak setuju kalau telanjang di depan umum itu jorok?
Kalau
mendengar syair sholawat saja mereka menutup telinga, meletakkan headset
kemudian memutar keras-keras lagu Rock Indonesia. Suara Muadzin masjid
memanggil untuk menghadap penganugrah setiap nafasnya Ia abaikan. Lupakah kalau
Kita tidak bisa bernafas, seluruh anggota keluarga Kita akan panik.
Tapi,
jangan dikira, nafsu-nafsu itu hanya menyerang orang-orang berduit saja. Si
miskin, tidak menutup kemungkinan terkena sindrom Nafsu Qirdiyah (monyet).
Beberapa kasus sering terjadi di sekitar pemakaman Auliya’. Berjejer para
pengemis yang terkadang ada juga yang hanya berpura-pura cacat. Jika diberi
recehan sama Sang Dermawan, mereka akan ngomel-ngomel,mengatai pelit
lah, kurang berdermalah. Apalagi kalau samapai mendo’akan orang agar jatuh
miskin ketika tidak diberi uang shodaqoh.
Setelah
semua perbuatan-perbuatan yang telah dicontohkan diatas mendapat kecaman dari
publik, misalnya adanya mahasiswa melakukan aksi demo dengan tujuan yang tak
jelas. Atau Allah menegur negara itu dengan marahnya laut. Tsunami bagai
monster, lumpur tak lagi bersahabat dengan para pengrajin kuali. Angin tak lagi
bertiup lembut, Cuaca tak lagi teratur. Matahari mulai mengeluarkan senjata
sinar ultravioletnya karena geram dilecehKan dengan dikikisnya ozon oleh
ruang-ruang ber-AC.
Mereka
(penggemar konser syahwati ; manusia-manusia yang telah terpengaruh oleh
nafsu-nafsu hewani) akan lari pontang-panting, mencari bodyguard,
pengacara, saling tuding satu sama lain, Atau berpura-pura tidak mendengar. Ini
namanya nafsu Beruang sudah menggerogoti hati mereka. Mahasiswa juga begitu,
jika mereka melakukan aksi demo tanpa tujuan untuk kebaikan ummat tapi, malah
merusak fasilitas umum, itu namanya nafsu binatang penyengat.
Separah
itukah peran kita di atas panggung kehidupan. Selama 365 hari. Jangan tanya
kapan negara kita bisa makmur kalau Kita tidak berusaha untuk berubah. Bukankah
fitrah manusia adalah selalu ingin berubah. Dengan tanda kutip bukan perubahan
dari baik ke buruk tapi sebaliknya. Dari Buruk ke Baik. Coba Kita kaji ulang
proses Hijrah (Pindah) nya Nabi menuju Madinah. Apakah ada tanda-tanda Nabi
memilih tempat yang buruk untuk perjuangan serta Dakwah Islam?. Dan Inilah
saatnya sebelum kenyataan pada surat Alzalzalah ayat 1-3 terjadi
“Apabila bumi sudah diguncangkan dengan guncangannya yang dahsyat, dan bumi
mengeluarkan tanggungan-tanggungan beratnya (orang-orang mati yang ada di
dalamnya), dan manusia bertanya, ada apakah Ia (bumi ini)?”
Bukan tindakan yang terlambat untuk memboikot konser-konser
syahwati di muka bumi ini. Tidak ingatkah pada kisah dalam kitab salaf tentang
pembunuh 100 orang yang bisa masuk surga karena sebuah Taubat Nashuha?
Allah SWT Berfirman, dalam surat At-Taubah 102. “Dan
(ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka
mencampurbaurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk.
Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi maha Penyayang.”
Dan. Mari
mulai duduk bersimpuh, menengadahkan tangan, mengikhlaskan air mata, mendo’akan
Indonesia
diawal tahun yang mudah-mudahan mendapat berkah ini. ''Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku.'' (QS Al-Baqarah: 186). Bukankah dengan
firman-Nya ini, Allah berjanji akan mengabulkan siapa saja yang berdoa
kepada-Nya. Sebab Allah tidak mungkin menyalahi janji-Nya (QS 3: 9). Bahkan,
dikabulkannya setiap doa merupakan kelebihan yang tidak dimiliki oleh umat
selain umat Muhammad SAW. (Tafsir Al-Qurthubi). Setelah ini, tak usah
berlama-lama berfikir panjang untuk memboikot konser syahwati dari kamus
kehidupan Kita. Paling tidak untuk dan demi Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar