Kamis, 22 Januari 2015

MEMBOIKOT KONSER SYAHWATI

365 hari. Perjalanan adu peran menjadi individu dengan mindset serta karakter berbeda mengalami jeda sejenak semenjak pergantian masa 31 Desember 2014 yang lalu. Jeda untuk bertafakkur, mengoreksi keahlian acting Kita dalam bermain di panggung kehidupan, selama 365 hari. Bukankah, Kita hidup di dunia yang orang sebut-sebut sebagai panggung sandiwara. Lantas, luluskah Kita nantinya menjalankan peran yang diputuskan Allah pada ruh Kita dulu sebelum akhirnya ditiupkan ke jasad. Adakah nilai merah di rapor? Lalu, Dengan tangan yang mana Kita menerimanya? Pertanyaan yang hampir seluruh anggota tubuh Kita tak mampu menjawabnya.
Seperti kebanyakan panggung hiburan yang lekat kaitannya dengan acara unggulan berupa K.O.N.S.E.R, dalam perjalanan karir kehidupan, manusia juga akan terlibat pada K.O.N.S.E.R dengan tajuk utama konser Syahwati. Sebuah acara yang disponsori langsung oleh nafsu dan setan.
     amaarah (berada diposisi terendah) ,lawwamah (berubah-ubah) dan muthmainnah (yang ditafsiri Qatadah dengan jiwa yang beriman dan merasa tenang akan apa yang dijanjikan Allah, atau Al-Hasan yang berpendapat bahwa pengertian Nafsu Muthmainnah adalah nafsu yang berkaitan dengan perasaan tenang serta percaya pada firman Allah). Diantara Amaarah dan Lawwamah inilah kemudian bersemayam nafsu-nafsu kotor.
Al-Qur’an menjelaskan bahwa kecendrungan nafsu manusia yakni secara berurutan
Kembali ke Konser Syahwati, Menurut kaum sufi dalam buku karangan Muhammad Muhyidin, Sang Host pertama kali akan menawarkan penampilan 10 kontestan binatang papan atas paling berpengaruh bernama Nafsu Kalbiyah (baca: Jiwa anjing). Tepuk tangan riuh menggema, lampu Footlights menyorot pantomim gambaran binatang yang apabila berjumpa daging, maka Ia akan berebut dengan sesamanya. Kecendrungan memonopoli segala hal dan tidak mengizinkan Sang teman ikut menikmati daging yang diperebutkan. Itulah gambaran manusia berjiwa anjing. Suka berebut kekuasaan, kedudukan dan keuntungan. Kontestan kedua, Nafsu Himariyah (baca: Jiwa Keledai) Gambaran seseorang yang dikarunia Allah akal untuk berfikir, namun Dia membuat akalnya menjadi picik dan terbatas. Bukankah hal itu sama persis dengan otak keledai yang kadangkala pandai memikul tapi tak mengerti apa yang dipikulnya. Sebuah ironi untuk jenis Manusia seperti ini, mempunyai otak yang harganya sangat mahal. Karena pemiliknya sama sekali belum menggunakannya.
Kontestan berikutnya, yang tak kalah heboh adalah Nafsu Sabu’iyah (baca: Jiwa srigala). Kontestan kali ini selalu berusaha untuk dapat menganiaya orang lain dan membuatnya teraniaya. Relung pikiran Jiwa demikian akan dipenuhi taktik bagaimana melumpuhkan, menyakiti atau merusak manusia lain. Nafsu Fa’riyah atau Jiwa Tikus menjadi peserta berikutnya, Seseorang yang mencerminkan jiwa tikus adalah seseorang yang gemar mengumpulkan harta dengan segala cara, tanpa memperhatikan batasan halal dan haram, salah dan benar, sedikit dan banyak. Coba perhatikan saja tingkah tikus. Binatang perusak padi yang jika tidak mendapat ikan asin di dapur pasti akan menggrogoti sabun atau bahkan kayu lemari Kita. Dan seperti halnya Jiwa Srigala yang suka menyakiti orang lain, tampaknya kontestan yang satu ini memiliki kemiripan gen. Nafsu dengan nama yang sangat panjang Zatis Suhumi wal hamati kal hayati wal ‘aqrabi (Jiwa binatang penyengat dan berbisa, seperti kaljengking dan ular). Jika orang terhipnotis oleh penampilan nafsu ini maka Dia akan senang menyakiti atau menyindir sesama, hasud, pendendam, enggan memberi maaf dan berusaha menjatuhkan kehormatan orang lain.
Lalu, sang host dengan hati-hati menyebutkan namanya Nafsu Jamaliyah (Jiwa Unta… ingat bukan cantik tapi, U.N.T.A). Jiwa yang tuannya senantiasa bertindak mementingkan diri sendiri dan sama sekali tidak terbesit dalam hatinya rasa santun dan kasih sayang. Dan, tanpa dipanggil Sang host     kontestan berikutnya berjalan meliuk-liuk menuju panggung dengan mengangkat papan namanya tinggi-tinggi. Nafsu Thusiyah (Jiwa Merak), lagat pemiliknya adalah mendongakkan kepala, membusungkan dada, memamerkan keindahan bulunya, kecerdikannya, kemegahannya. Berbeda dengan merak kontestan nafsu khinziriyah (Jiwa babi) sangat membenci wewangian dan menyenangi sesuatu yang kotor. Orang yang dikuasai jiwa ini merasa tak senang apabila mendengar suara adzan atau orang yang mengaji. Namun, ketika Dia mendengar cekikikan perempuan, syahwatnya akan bergejolak. Nafsu khinziriyah akan muak dan benci jika mendengar kebenaran. Serta mengakrabi jika bergumul dengan kebatilan.
Dua kontestan terakhir adalah Nafsu Qirdiyah (Jiwa Monyet) yang akan mengejek jika diberi makan dan mencibir pula jika tidak diberi. Serta Nafsu Dubbiyah (Jiwa Beruang) Yang Jika mendengar suara kambing mengembik maka Dia akan berlari karena menurut kepercayaan nenek moyang, dahulu beruang memiliki hutang pada kambing. Hal ini menggambarkan bahwa pemilik jiwa beruang adalah tipe orang yang benar-benar pengecut. Tepuk tangan kembali bersahut.
Sekarang tanya pad diri sendiri, jenis nafsu yang mana yang mengendalikan Kita? Satukah? Atau semuanya? Seperti ummat manusia yang menghuni Kepulauan Indonesia? Tak perlu dipungkiri lagi kalau hampir seluruh yang memiliki kepala di Negara kita terpengaruh paling tidak salah satu dari nafsu-nafsu itu.
Buktinya, muncul program-program baru dari pemerintah yang mengatas namakan kesejahteraan pendidikan padahal pada dasarnya hanya ingin menghilangkan (baca : Mencuri) Rp 4,6 Triliun dari anggaran pendidikan. Belum lagi membengkaknya biaya pembangunan gedung-gedung dinas pejabat tanpa mengindahkan jeritan rakyat yang menjadi sasaran pajak serta korban bencana. Bukankah sekaligus mereka telah terpengaruh nafsu srigala, hewan penyengat dan tikus. Nafsu yang memaksa mereka mengkorup segala hal. Tak peduli halal atau haram. Serta tak mengenal istilah belas kasih pada individu ynag tersiksa oleh perbuatan mereka. Maka bukan kesalahan jika pada akhirnya mereka dianugrahi julukan si tikus-tikus kantor. Atau Ular betina bahkan Dora (tokoh kartun anak-anak) bisa saja berteriak dengan mudahnya “Srigala jangan mencuri… Srigala jangan mencuri… Yah, terlambat..!”
Nah, kalau semua dari mereka berhasil menuai usaha dari ritual KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme)-nya lantas, mereka akan terjangkit nafsu merak yakni takabbur atau sombong atas kedudukan dan kekayaannya. Hingga ketika mereka berdekatan dengan orang miskin, reflek jasad mereka akan berkata jijik. Bukankah Rosul, Nabi saw tak segan-segan menyuruh kaum fukara(fakir miskin) duduk lebih dekat lagi sehingga lutut-lutut mereka merapat dengan lutut beliau. Tindak tanduk Rosul ini berdasarkan Ayat Al-Qur’an yang malaikat Jibril turunkan atas perintah Allah, Surat Al-An'am [6] ayat 52:
"Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka. Begitu pula mereka tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu,yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim."
Kemudian anak-anak mereka akan dicekoki beberapa materi pendidikan yang katanya sih berbasis International. Sebuah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir yang serba canggih serta mampu menerapkan nilai-nilai (religi global, ekonomi global, seni global, norma-norma global dan etika global). Nilai-nilai yang serba global itu akhirnya menambah point hidup mereka untuk kesempurnaan menyatu dengan jenis-jenis nafsu KOTOR yang telah terbahas diawal.
Religi global yang pada akhirnya meneriakkan persamaan agama di Indonesia. Dengan memperbolehkan anak pindah agama sesuai dengan kehendak hati nuraninya. Dan akan terjerat Kasus pelanggaran HAM anak jika hal itu dilarang. Nah, Jika Sang anak tidak berhati-hati dalam memilih agama maka, tak salah lagi bahwa Dia telah mengidap penyakit hati dengan virus berupa nafsu Himariyah. Otak mereka akan dikaburkan oleh statement yang menjerat mereka dalam ruang lingkup pemikiran yang keliru. Secara otomatis otak mereka hanya terlatih untuk sesuatu berbau cover saja, tak mampu menelaah materi yang bersifat mendalam.
Ekonomi global akan mendidik mereka bernafsu Jamaliyah (unta), kenapa? Karena dalam sistem ekonomi global, kapitalisme berada di atas segala-galanya. Kalau pabrik rugi sedikit, dan harus mem-PHK ribuan orang untuk menjaga profit share bagi investor, lakukan saja. Tidak usah memikirkan dampak sosial. Itu urusan orang lain. Bagaimana bisa peka dan meraih nilai tinggi dalam rapor pada materi kecerdasan sosial kalau masih menganut aliran EGP (Emang Gue Pikirin, atau Elo, Elo, Gue, Gue. Paham...!)
Parahnya lagi dalam pelajaran seni global, anak-anak mereka akan mengidolakan Fotografer Spencer Tunik yang mengkoleksi ribuan foto telanjang bulat di tempat umum. Mereka akan mengelak dan berkata, “Itulah seni. Bukankah Adam dan Hawa juga telanjang di surga!” Benar-benar otak keledai bukan? Atau persisnya Khinziriyah (Babi) yang Anda juga tahu bahwa hewan itu hanya menyukai tempat yang jorok. Apakah Anda tidak setuju kalau telanjang di depan umum itu jorok?
Kalau mendengar syair sholawat saja mereka menutup telinga, meletakkan headset kemudian memutar keras-keras lagu Rock Indonesia. Suara Muadzin masjid memanggil untuk menghadap penganugrah setiap nafasnya Ia abaikan. Lupakah kalau Kita tidak bisa bernafas, seluruh anggota keluarga Kita akan panik.
Tapi, jangan dikira, nafsu-nafsu itu hanya menyerang orang-orang berduit saja. Si miskin, tidak menutup kemungkinan terkena sindrom Nafsu Qirdiyah (monyet). Beberapa kasus sering terjadi di sekitar pemakaman Auliya’. Berjejer para pengemis yang terkadang ada juga yang hanya berpura-pura cacat. Jika diberi recehan sama Sang Dermawan, mereka akan ngomel-ngomel,mengatai pelit lah, kurang berdermalah. Apalagi kalau samapai mendo’akan orang agar jatuh miskin ketika tidak diberi uang shodaqoh.
Setelah semua perbuatan-perbuatan yang telah dicontohkan diatas mendapat kecaman dari publik, misalnya adanya mahasiswa melakukan aksi demo dengan tujuan yang tak jelas. Atau Allah menegur negara itu dengan marahnya laut. Tsunami bagai monster, lumpur tak lagi bersahabat dengan para pengrajin kuali. Angin tak lagi bertiup lembut, Cuaca tak lagi teratur. Matahari mulai mengeluarkan senjata sinar ultravioletnya karena geram dilecehKan dengan dikikisnya ozon oleh ruang-ruang ber-AC.
Mereka (penggemar konser syahwati ; manusia-manusia yang telah terpengaruh oleh nafsu-nafsu hewani) akan lari pontang-panting, mencari bodyguard, pengacara, saling tuding satu sama lain, Atau berpura-pura tidak mendengar. Ini namanya nafsu Beruang sudah menggerogoti hati mereka. Mahasiswa juga begitu, jika mereka melakukan aksi demo tanpa tujuan untuk kebaikan ummat tapi, malah merusak fasilitas umum, itu namanya nafsu binatang penyengat.
Separah itukah peran kita di atas panggung kehidupan. Selama 365 hari. Jangan tanya kapan negara kita bisa makmur kalau Kita tidak berusaha untuk berubah. Bukankah fitrah manusia adalah selalu ingin berubah. Dengan tanda kutip bukan perubahan dari baik ke buruk tapi sebaliknya. Dari Buruk ke Baik. Coba Kita kaji ulang proses Hijrah (Pindah) nya Nabi menuju Madinah. Apakah ada tanda-tanda Nabi memilih tempat yang buruk untuk perjuangan serta Dakwah Islam?. Dan Inilah saatnya sebelum kenyataan pada surat Alzalzalah ayat 1-3 terjadi
“Apabila bumi sudah diguncangkan dengan guncangannya yang dahsyat, dan bumi mengeluarkan tanggungan-tanggungan beratnya (orang-orang mati yang ada di dalamnya), dan manusia bertanya, ada apakah Ia (bumi ini)?”
Bukan tindakan yang terlambat untuk memboikot konser-konser syahwati di muka bumi ini. Tidak ingatkah pada kisah dalam kitab salaf tentang pembunuh 100 orang yang bisa masuk surga karena sebuah Taubat Nashuha?
Allah SWT Berfirman, dalam surat At-Taubah 102. “Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampurbaurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang.”
 Dan. Mari mulai duduk bersimpuh, menengadahkan tangan, mengikhlaskan air mata, mendo’akan Indonesia diawal tahun yang mudah-mudahan mendapat berkah ini. ''Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.'' (QS Al-Baqarah: 186). Bukankah dengan firman-Nya ini, Allah berjanji akan mengabulkan siapa saja yang berdoa kepada-Nya. Sebab Allah tidak mungkin menyalahi janji-Nya (QS 3: 9). Bahkan, dikabulkannya setiap doa merupakan kelebihan yang tidak dimiliki oleh umat selain umat Muhammad SAW. (Tafsir Al-Qurthubi). Setelah ini, tak usah berlama-lama berfikir panjang untuk memboikot konser syahwati dari kamus kehidupan Kita. Paling tidak untuk dan demi Indonesia

Tidak ada komentar: