" Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah " ( Al-Balad : 4 )
Begitulah kehidupan dunia. Ganas. Ia akan terus berlaku begitu hingga seorang mukmin sejati berhasil menginjakkan kakinya di pint surga Allah. Maka, jadilah orang cerdas, yang bisa merubah kegagalan, kerugian dan kesedihan menjadi kemenangan, keberuntungan dan kebahagiaan. Bukan menjadi orang dungu, yang menyulap satu musibah menjadi bercabang.
Padahal Allah SWT telah melukis kehidupan dunia dengan rasa letih, tantangan dan berbagai permasalahan yang ada di dalamnya. Oleh karenanya terkadang manusia tak pernah cukup dari satu masalah saja. Bukan berarti Allah menggariskannya tanpa tujuan yang jelas, namun agar kita selalu berusaha dan berjuang menakhlukkan aral kehidupan.
Bahkan Allah tak pernah segan memberikan tantangan berat kepada para Rosul dan Nabi ketika beliau – beliau berusaha menegakkan agama-Nya sampai titik darah penghabisan. Dalam sebuah riwayat Rosulullah SAW bersabda " Seseorang akan diuji sesuai dengan kadar keimanan yang ada pada dirinya ".
Jadi tak salah lagi jika ada sebuah pepatah klasik mengatakan " Semakin tinggi pohon bambu maka, akan semakin kencang pula angin topan yang akan menumbangkannya." Lain ceritanya jika kita menjadi segerombol rumput ilalang liar yang bahagia dengan ketenangan, tanpa hembusan topan dan badai tapi, harus rela terinjak – injak oleh kaki-kaki manusia. Itulah alasannya kenapa kita harus bersyukur atas ujian-ujian Allah. Ya, karena Allah cintai kita, karena Allah inginkan derajat luhur untuk kita.
Satu hal yang terkadang kita lupa meskipun sadar akan keshahihannya, bahwa Allah SWT telah menjadikan dunia sebagai lading tempat ditanamnya dua hal yang berbeda dan saling bertentangan. Mereka adalah keburukan dan kebaikan, kerusakan dan perbaikan, racun dan penawar, tangis dan tawa serta antara kesedihan dan kebahagiaan.
Coba perhatikan pepohonan ketika musim gugur, kita akan menyaksikan pemandangan yang menakjubkan dengan bergugurannya daun – daunnya. Jika sedikit saja kita mau bersabar atas musibah yang menimpa kita maka, kita juga akan menyaksikan dosa – dosa kita berguguran bagaikan daun yang berjatuhan di musim gugur. Rosullullah SAW bersabda " Tidaklah setiap muslim yang ditimpa suatu penyakit atau yang lainnya kecuali Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya bagaikan pohon yang menggugurkan daun- daunnya." ( H.R. Bukhary )
Lantas, bagaiman jika kita benar-benar tak mampu berlapang dan teguh hati menantang batu-batu terjal dunia walaupun telah berusah ? Rosulullah SAW bersabda " Lakukanlah segala sesuatu yang bermanfaat bagimu dan mintalah bantuan Allah SWT. Jika sesuatu menimpamu maka, jangan mengatakan ' Jika saya melakukan seperti ini maka hasilnya akan seperti ini.' Akan tetapi ucapkanla ' Allah telah menetapkan sesuai kehendaknya ' Sesungguhnya kata ' Jika ' merupakan pintu bisikan syaitan. " ( H.R.Muslim )
Dan. Sekarang, kenapa harus ragu untuk bangkit dan menggambar sketsa kehidupan yang baru. Bencana, musibah dan kesedihan yang berkomplot itu telah berlalu dan mereka adalah ketetapan. Kita tidak akan bias menolaknya kecuali Allah SWT yang menjauhkannya dari kita.
Pahamilah bahwa sebuah bencana merupakan keputusan Allah SWT di Lauhul Mahfuzh dan ini telah ditetapkan lima puluh tahun sebelum penciptaan bumi dan langit.Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya. Begitu juga dengan kesedihan dalam sebuah bencana. Dia tidak akan menimpakannya pada seseorang kecuali seseorang tsb mampu menghadapinya .
Jadikan musibah sebagai sarana untuk mendapatkan hal yang bergizi tinggi untuk jiwa kita. Agar kesedihan kita bisa bernilai ibadah maka, bersabarlah atas musibah yang menimpa kita. Sebagaimana firman Allah dalam Qur'an surat Hud ayat 11 :
إلاالذين صبروا وعملوا الصالحات أ ولئك لهم مغفرةوأجر كبير (۱۱)
" Kecuali orang –orang yang sabar ( terhadap bencana ), dan mengerjakan amal – amal shaleh, mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar. "
Kesabaran merupakan serangkaian ibadah yang tersusun dari tawakkal dan rela atas keputusan Allah SWt serta bersyukur kepada–Nya dengan ketulusan hati. Karena hanya dengan itu Allah akan mengganti kesedihan kita dengan kebahagiaan di dunia sebelum kebahagiaan di akhirat kelak. Sebab siapa yang memenuhi hatinya dengan rela pada qadha qadar Allah maka, ia tidak akan pernah mengeluh atas setiap musibah yang menimpannya. Demi Asma keagungan Allah, hal ini merupakan bagian dari kebahagiaan. Tidakkah kita perhatikan sebentar saja wajah – wajah orang beriman ? Bukankah wajah mereka selalu tersenyum bahagia meski dilanda bencana !
Jangan membelenggu diri dengan kesedihan terhadap musibah yang telah berlalu. Orang yang mengingat – ingat masa lalunya sama dengan mengobok –obok air dalam gelas dan air itu adalah wujud dirinya sendiri atau sama dengan seorag pande besi yang membakar dirinyan sendiri kedalam bara api untuk dibengkokkan. Nenek moyang kita pernah mengatakan " Jangan jilad kembali makanan yang telah kau muntahkan tanpa sengaja.. "
Musibah paling besar yang harus kita tentang itu sebenarnya adalah keterbatasan kemampuan kita menghadapi kehidupan sekarang dan kesibukan kita terhadap apa yang telah berlalu. Kita enggan dengan istana megah yang kita miliki sekarang dan malah menyesali puing – puing gubuk kita yang telah runtuh. Jika saja seluruh makhluk Allah dari segala penjuru berkumpul dan menyusun kekuatan untuk membangun kembali gubuk itu, sungguh mustahil jika Allah tak berkehendak demikian.
Tak perlulah manusia melihat ke belakang. Sebab angin selalu berhembus ke depan, air selalu mengalir ke depan dan kafilah juga selalu berjalan ke depan. Let's gone be by gone. Dan. Jangan pernah menyalahi kaidah kehidupan.
Tsabit mengatakan " Jika engkau berada di pagi hari maka, jangan tunggu esok sore. Jika engkau di sore hari jangan tunggu esok pagi " Kehidupan adalah hari yang akan kita jalani sekarang ini, bukan kemaren yamg telah luput dari kita dan bukan pula hari esok yang tidak pasti apakah kita akan bertemu dengannya. Hari sekarang adalah hari yang kita rasakan sebuah kehangatan mentari dan indahnya sinar bulan. Umur kita hanya satu hari yakni hari yang kita hadapi sekarang.
Maka, atas nama kebahagiaan yang Allah ciptakan untuk kita, tersenyumlah pada dunia walaupun saat ini kita berada di antara taman – taman ujian Allah karena hati kita telah terpatri sebuah keyakinan bahwa Allahlah satu – satunya Dzat yang sangat mencintai kita dan dengan kemurahan hati-Nya telah membekali kita sebuah kekuatan do'a untu tetap berdiri tegak bak panglima perang yang tangguh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar